Jakartagreater Jajal Kokpit Jet Tempur Rafale

Jakartagreater Jajal Kokpit Jet Tempur Rafale

Militer.or.id – Jakartagreater Jajal Kokpit Jet Tempur Rafale.

Jakarta, Militer.or.id, Tim Jakartagreater berkesempatan menyaksikan tiga jet tempur Rafale dan satu pesawat angkut militer Airbus A400M milik Angkatan Udara Prancis, yang berkunjung ke Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa, 21/8/2018. Kunjungan ini merupakan undangan dari Kedutaan Besar Prancis di Jakarta, Indonesia.

Tim Jakartagreater Alif Ananta menjajal kokpit Rafale

Pesawat militer Angkatan Udara Prancis  berada di Jakarta, usai mengikuti latihan “Pitch Black” di Australia, 23 Juli sampai 17 Agustus 2018. Kontingen Angkatan Udara Prancis ini akan berada di Indonesia, di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, dari tanggal 19 sampai 24 Agustus 2018. Misi terbang dan singgah ini diberi nama ‘Pegasus 2018’.

Tim Jakartagreater Alif Ananta berbincang tentang kokpit Rafale

Para pilot jet tempur Prancis dengan ramah mempersilakan tim Jakartagreater untuk menjajal kokpit jet tempur Rafale. Mereka pun menceritakan sejumlah kecanggihan dari pesawat tempur ini. Rafale merupakan pesawat tempur serbaguna generasi ke-4.5 bermesin dua, bersayap delta buatan Dassault Aviation. Rafale dirancang sebagai pesawat berpangkalan, baik di daratan maupun di kapal induk.

Tim Jakartagreater Alif Ananta menjajal kokpit Rafale

Program pesawat Rafale terdiri dari tiga versi pesawat tempur yakni versi satu-tempat duduk Rafale C, versi dua-tempat duduk Rafale B dan versi AL (kapal induk) adalah Rafale M. Tiga versi pesawat tempur ini dilengkapi dengan mesin, sistem tempur dan navigasi, sistem managemen pesawat dan sistem kontrol penerbangan yang sama. Rafale dapat melakukan semua tipe misi dari penyerangan daratan sampai superioritas udara.

Dengan kecepatan maksimum 2.300 Kilometer per jam, Rafale bisa menjangkau hingga lebih dari 3.700 kilometer dari titik keberangkatan.

Rafale menurut catatan wikipedia.org berfiturkan sayap delta berpadu dengan kanard aktif terintegrasi (dekat-berpasangan) untuk memaksimalkan kemampuan manuver (+9 g atau -3 g) sambil memelihara kestabilan terbang, nilai maksimum 11 g dapat diraih dalam keadaan darurat. Kanard juga mengurangi laju pendaratan hingga 115 knot.

Sejak varian F3 standard Rafale mampu membawa beragam senjata Mica IR and EM air-to-air missiles, precision ground attack dengan rudal jelajah SCALP EG,  rudal air-to-surface AASM Hammer, anti-shipping mission dengan rudal sea skimming Exocet AM39 , rudal  MBDA Meteor beyond-visual-range hingga serangan nuklir dengan rudal ASMP-A.

Menurut sumber internal (Les essais en vol du Rafale) batas laju terendah adalah 100 knot  tetapi 80 knot kadang-kadang diperagakan pada pameran dirgantara oleh pilot untuk mengungkapkan mutu laju rendah pesawat ini.  Pesawat ini dapat dioperasikan dari landas pacu yang hanya berpanjang 400 meter.

Rafale diperlengkapi dengan sistem pertahanan elektronik terintegrasi yang disebut Spectra yang menyediakan teknologi siluman virtual berbasis perangkat-lunak. Sensor terpenting yang dimiliki adalah radar RBE2 Passive Electronically Scanned Array buatan Thales Group. Thales mengaku sebagai pihak yang pertama mencapai tingkat kesadaran situasional melalui deteksi dini dan pelacakan multi-sasaran udara untuk pertempuran jarak dekat dan pencegatan berjelajah-jauh, juga penciptaan seketika peta lapangan tiga-dimensi di hadapan dan penciptaan seketika peta daratan beresolusi tinggi untuk navigasi dan penentuan sasaran.

Sistem perlindungan diri elektronik SPECTRA, yang dikembangkan oleh Thales dan EADS Prancis, memberi pesawat ini kemampuan tertinggi untuk bertahan melawan ancaman dari udara maupun daratan. Pranala data seketika memungkinkan komunikasi tidak hanya dengan pesawat lain, tetapi juga dengan komando bergerak, komando tetap, dan pusat kendali. Untuk misi-misi yang memerlukannya, Rafale sebenaranya juga akan menggunakan poda perancangan laser/optik-listrik Damoclès yang membawa kemampuan LGB (Laser Guided Bomb) sepanjang siang dan malam, meskipun Angkatan Udara Perancis berencana memperlengkapi Rafale dengan senjata standoff, sedangkan peran LGB diserahkan kepada Dassault Mirage 2000.

Radar RBE2 AA active electronically scanned array (AESA) buatan Thales digunakan untuk menggantikan Thales RBE2 passive electronically scanned multi-mode radar yang terpasang. Thales mengirimkan radar baru itu pada bulan Agustus 2010 untuk digunakan pada tranche Rafale keempat. Thales juga mengaku bahwa radar AESA akan memperbaiki kemampuan operasional pesawat dalam hal jelajah, kemampuan mencegat, kemampuan membuntuti, dan penangkalan.

Setelah berkunjung ke Indonesia, awak dari  detasemen ‘Pegasus 2018’ ini akan berkunjung ke: Malaysia, Vietnam, Singapura dan India hingga 4 September 2018, dipimpin Kepala Misi Pegasus 2018, Jenderal Patrick Charaix.

administrator
Menyebarkan berita berita <a><b>Militer Indonesia</b></a> dari media media mainstream Asia dan Indonesia. Mendambakan Kekuatan Militer Indonesia menjadi salah satu yang disegani kembali di kawasan.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *