Sensor Pelacak Next-Gen Bisa Hindari Salah Sasaran

Sensor Pelacak Next-Gen Bisa Hindari Salah Sasaran

Militer.or.id – Sensor Pelacak Next-Gen Bisa Hindari Salah Sasaran.

Tech. Sgt. Marcos Farias memasang Low-Altitude Navigation and Targeting Infrared (Sniper Pod) pada F-16 Fighting Falcon © USAF / Mike Arellano

JakargaGreater.com – Kemungkinan akan segera ada sensor deteksi inframerah baru di pasaran yang dapat lebih baik meneliti pasukan kawan dilapangan serta mempersingkat waktu yang diperlukan untuk mengidentifikasi sasaran, tulis Military.com.

UTC Aerospace System kabarnya sedang menguji sensor kamera inframerah gelombang pendek (SWIR) generasi mendatang alias Next-Gen, yang dikatakan lampunya dapat terlihat secara langsung dan dapat dimasukkan ke dalam berbagai platform baik darat, laut dan udara, menurut keterangan pejabat perusahaan.

Sistem yang telah disebarkan dengan unit penguji militer AS tersebut adalah sensor SWIR pelacak multi-mode, kata Tara Martin, Direktur Pengembangan Bisnis  ISR and Sistem Antariksa di UTC Aerospace Systems.

“Kami merupakan salah satu perusahaan pertama yang menawarkan itu, dan alat ini akan tersebat di lapangan dalam 2 hingga 3 tahun ke depan”, katanya.

UTC adalah yang pertama dan utama mengembangkan sensor untuk mencegah terjadinya fratricide – pembunuhan saudara, kata Tara Martin. Tujuan sekunder adalah mengurangi dialog pada target dan mempromosikan komunikasi rahasia.

“Ketika orang-orang hanya berbicara mengenai target, ada beberapa kejadian yang disebabkan perbedaan perspektif, mereka sebenarnya tidak berbicara mengenai target yang sama”, katanya.

Itu menyebabkan kebingungan, atau salah menyebut sasaran.

Bomber B-1B Lancer menjatuhkan rudal  LRASM © DARPA/US Navy via Wikimedia Commons

Salah satu kasus seperti itu pernah terjadi pada 9 Juni 2014 ketika B-1B Lancer di stasiun Afghanistan menanggapi tim di bawah tembakan dari Taliban. Namun bukannya untuk menyerang musuh, pesawat tersebut malah menjatuhkan dua bom seberat 500 pon yang menewaskan 5 tentara AS dan 1 tentara Afghanistan, yang mana 2 diantara yang tewas merupakan pasukan khusus Baret Hijau.

Penyelidikan militer menemukan bahwa Joint Terminal Attack Controller (JTAC) dan komando darat mencampuraduk lokasi pasukan bersahabat dan pasukan musuh. Tapi laporan “60 Minutes” yang ditayangkan pada tahun 2017 itu menimbulkan pertanyaan apakah peralatan yang dipakai B-1 Lancer adalah penyebab sesungguhnya: Sniper Pod, tidak dapat mendeteksi lampu atau “perangkat penanda” padahal sudah di aktifkan oleh pasukan darat.

Sensor pelacak multi-mode yang dikembangkan oleh UTC “dapat mengambil penunjuk serta penanda dari pasukan teman”, kata Martin. JTACS, yang digunakan memanggil serangan udara, sering harus berbicara dengan pesawat udara di atas, dan memerlukan pengecekan ganda atau bahkan triple cek dengan pesawat sebelum menyerang.

“Bicara bolak-balik itu bisa memakan waktu 20 menit atau lebih untuk memverifikasi bahwa mereka melihat target yang sama”, kata Martin. “Pembicaraan itu bisa sangat cepat, di bawah satu menit ketika orang di lapangan dapat melihat sensor, atau sebaliknya”.

Semakin banyak platform yang dilengkapi dengan sensor, mulai dari tank, pesawat sayap tetap dan helikopter, dan bahkan kapal, maka identifikasi sasaran menjadi lebih ramping, katanya.

administrator
Menyebarkan berita berita <a><b>Militer Indonesia</b></a> dari media media mainstream Asia dan Indonesia. Mendambakan Kekuatan Militer Indonesia menjadi salah satu yang disegani kembali di kawasan.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *