9 Bandara Alternatif Ngurah Rai, Antisipasi Erupsi Gunung Agung

9 Bandara Alternatif Ngurah Rai, Antisipasi Erupsi Gunung Agung

Militer.or.id – 9 Bandara Alternatif Ngurah Rai, Antisipasi Erupsi Gunung Agung.

Bandara Ngurah Rai Bali (Andrew Thomas, UK)

Badung – Kementerian Perhubungan menyiapkan sembilan bandara terdekat dari Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, mengantisipasi aktivitas vulkanik Gunung Agung (3142 mdpl) yang sekarang ini memasuki level awas.

“Ini semua rencana mitigasi. Selama tidak ada abu vulkanik, tidak ada masalah sama sekali untuk penerbangan dari dan ke Bali,” ujar Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan, Agus Santoso, ketika mengadakan rapat koordinasi, 24-9-2017 di “Emergency Operation Center” (EOC) Bandara I Gusti Ngurah Rai, Kuta, Kabupaten Badung, Bali.

Menurut Agus Santoso, 9 bandara itu adalah Bandara Juanda Surabaya, Bandara Blimbingsari Banyuwangi, Bandara Adi Sumarmo Solo, Bandara Lombok, Bandara Komodo Labuan Bajo, Bandara Hassanudin Makassar dan Bandara Sepinggan Balikpapan.

Dua bandara lainnya berada di wilayah Utara Indonesia yakni Bandara Sam Ratulangi Manado dan Bandara Pattimura Ambon untuk penerbangan internasional yang biasanya datang beberapa negara di di antaranya dari Hong Kong dan Tokyo.

Pihaknya sudah menyiapkan skenario apabila terjadi semburan abu vulkanik Gunung Agung maka rute-rute pesawat udara menuju Bali akan dialihkan ke 9 bandara itu.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara lebih lanjut menjelaskan pihaknya melakukan langkah sesuai prosedur berdasarkan laporan citra satelit kondisi abu vulkanik dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan “digital numerical report” dari Vulcanic Ash Advisory Center (VAAC) Darwin Australia.

Selain itu, laporan juga dapat dikontribusikan berdasarkan pengamatan mata dari pilot yang kebetulan melihat perkembangan abu vulkanik. Agus Santoso menambahkan keputusan untuk menutup bandara dapat dilakukan apabila sudah ada laporan dari 2 parameter dari 3 laporan tersebut.

“Kalau laporan baru satu, kami belum bisa menutup bandara. Kami akan buat validasi,” imbuhnya. Keputusan menutup bandara, menuurt Dirjen Perhubungan Udara, sangat ditentukan oleh arah angin yang dapat membawa sebaran abu vulkanik.

Apabila terjadi erupsi yang menyemburkan abu vulkanik, tetapi sebaran abu yang terbawa angin tidak mengarah ke wilayah udara bandara, maka operasional penerbangan di Bandara I Gusti Ngurah Rai masih dapat dilaksanakan dengan cara menghindari wilayah sebaran.

Dia menegaskan apabila masyarakat melihat cuaca cerah, bukan berarti wilayah udara di sekitar bandara steril dari lapisan abu vulkanik, apabila dalam kondisi terjadi erupsi, angin membawa sebaran abu tersebut menuju wilayah udara bandara.

Lapisan abu vulkanik  dapat membahayakan bagi penerbangan sebab dapat mengganggu mesin pesawat dan mengganggu instrumen hingga mengikis badan pesawat udara yang tengah terbang dengan kecepatan tinggi.

“Oleh sebab itu kami tidak mau ambil risiko. Apabila arah angin membawa abu vulkanik ke wilayah bandara, maka bandara harus ditutup,” ujarnya.

Sementara itu General Manajer Bandara I Gusti Ngurah Rai Yanus Suprayogi mengatakan sampai sekarang ini penerbangan masih berjalan normal meskipun aktivitas Gunung Agung meningkat menjadi awas.

Rata-rata jumlah penumpang per hari di bandara itu, lanjut Yanus Suprayogi, mencapai 50 hingga 60 ribu orang, baik domestik maupun internasional.  (Antara).

administrator
Menyebarkan berita berita <a><b>Militer Indonesia</b></a> dari media media mainstream Asia dan Indonesia. Mendambakan Kekuatan Militer Indonesia menjadi salah satu yang disegani kembali di kawasan.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *